Selasa, 07 September 2010

Pembentukan Danau Toba

Pembentukan Danau Toba Pegunungan Barisan dimana Danau Toba ini berlokasi terdiri dari dua unit yang terpisah, yaitu Kulminasi Batak atau Tinggian Batak dan Pegunungan Barisan; keduanya dibelah oleh zona sesar Semangko. Kulminasi Batak merupakan suatu wilayah di Pegunungan Barisan yang menunjukkan pelebaran mendadak yang terletak di antara dua sungai, yaitu Sungai Barumun dan Sungai Wampu. Kulminasi Batak mempunyai lebar 150 Km dan panjang 275 Km, membentuk bangun lonjong berarah Barat Laut – Tenggara. Batas wilayah Kulminasi Batak tampak jelas pada garis kontur 100 meter dan 1.000 meter. Ketinggian maksimum sekitar 2.000 meter, dengan puncak-puncak di pinggiran Danau Toba, seperti Gunung Sibuatan (2.457 m dpl) terletak di Barat Laut Danau Toba, Gunung Pangulubao (2.151 m dpl) berarah Timur, Gunung Surungan (2.173 m dpl) di sebelah Tenggara, dan Gunung Uludarat (2.157 m dpl) di sebelah Barat Danau Toba. Gunung-gunung tersebut terletak di sekitar depresi, terdiri dari batuan Pra Tersier dan Tersier Tua. Dengan demikian di bagian puncak Kulminasi Batak terdapat kompleks batuan dasar dengan ketinggian lebih dari 2.000 m dpl. Terbentuknya Danau Toba didahului oleh pembentukan geantiklin Batak sepanjang Pegunungan Barisan. Zona sesar Semangko memotong Geantiklin tersebut secara agak eksentrik di sebelah Baratdaya sepanjang lembah Batang Toru dan lembah Way Renun. Pembentukan cekungan Toba didahului oleh letusan gas, piroklastik, dan magma yang membentuk tufa, kini dikenal sebagai Tufa Toba; dimana awan panas yang terjadi menyebar ke wilayah yang luas sejauh 300 – 400 Km hingga ke Malaysia. Tufa Toba tersebar cukup luas hingga 20.000 – 30.000 Km2 di sekitar cekungan Toba. Letusan besar tersebut diiikuti dengan runtuhnya atap dapur magma yang kemudian membentuk cekungan Toba atau Danau Toba. Gawir yang membatasi zona sesar Semangko merupakan gawir sesar dengan pergeseran vertikal sebesar beberapa ratus meter. Sesar yang berarah Barat – Barat Laut di dekat Silalahi. Kegiatan tektonik yang terjadi kemudian menghasilkan sesar lain yang berarah Utara – Selatan seperti sesar yang terletak antara Tongging – Silalahi, yaitu di sepanjang jalan menuju Sidikalang; sesar di Batu Pintu di sebelah Utara Prapat yang menghasilkan penurunan sebesar 175 meter dan memotong kipas aluvial. Kegiatan tektonik hingga sekarang masih berlangsung aktif sebagaimana dibuktikan oleh seringnya terjadi gempa dangkal dan sedang di sekitar Danau Toba. Selain itu dibuktikan pula oleh masih terdapatnya kerucut gunung api yang sangat muda setelah terjadinya runtuhan Toba, seperti Gunung Pusuk Bukit (1.981 m dpl), Gunung Himun (1.504 m dpl), dan Gunung Sibadak (1.316 m dpl) yang terletak di bagian Tenggara Danau Toba. Dengan ditemukannya lapisan diatomit pada elevasi 1.050 meter dpl di Pulau Samosir, maka endapan tersebut memberikan indikasi bahwa Samosir pernah menjadi dasar danau. Diduga dasar danau tersebut telah naik hingga 150 meter dari permukaan danau sekarang. Lapisan diatomit tersebut mempnuyai volume sekitar 125 juta m3, dengankadar air sekitar 40 %, densitas 0,20 dan berkualitas relatif baik. Di kawasan tepian Danau Toba terdapat morfologi yang dapat ditafsirkan sebagai terjadinya kegiatan tektonik, seperti pengangkatan dan sebagainya. Morfologi tersebut antara lain berupa teras-teras dan endapan teras atau endapan danau yang sekarang dijumpai di permukaan daratan, seperti di bagian Timur Danau Toba yaitu di Prapat dan di Pulau Samosir. Jika hal tersebut benar, maka dapat ditafsirkan bahwa muka air Danau Toba semula pada elevasi 1.150 m dpl, dimana kini berada pada elevasi ± 906 mk dpl. (Sumber Dokumen LTEMP No. 0401)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar